X5shz4aTNkOxOgSqfJsdczLtDoEY02WZt1PBqrhc

Ini Dia Biografi Sri Prakash Lohia Pendiri Indorama Corporation

Biografi Sri Prakash Lohia


Biografi Sri Prakash Lohia

1. Siapakah Shri Prakash Lohia?

Shri Prakash Lohia merupakan salah satu miliarder terkaya yang bermigrasi dari India ke Indonesia dan meraih sukses besar di 'Kerajaan' Indorama di Purwakarta, Jawa Barat. Shri Prakash Lohia lahir pada 11 Agustus 1952 di India.  Ayahnya adalah Mohan Lal Lohia, seorang pengusaha pakaian yang memulai bisnisnya di Indonesia dan ibunya adalah Kachan Devi Lohia.  

Keluarga Lohia adalah keluarga kaya. Shri Prakash Lohia dari Universitas New Delhi dengan gelar Sarjana Perdagangan. Pria yang sering disapa Prakash ini tidak menghabiskan masa mudanya dengan santai, pada usia 19 tahun, Prakash mulai membantu ayahnya dalam berbisnis. Di sinilah kisah sukses dimulai.

Di tahun 1974, ayah Prakash memutuskan untuk meninggalkan India dan mendirikan pabrik tekstil di Purwakarta, Indonesia. Pada usia 22 tahun, Prakash mulai terjun ke dunia bisnis, membantu ayahnya dalam bisnis pakaian di Indonesia.  Dengan investasi awal US$10 juta, bisnis ini dibuat dengan modal 2000 karyawan. Bagi Prakash, tahun-tahun awal pendirian perusahaan itu berat.

"Masa-masa tersulit adalah dalam tiga atau empat tahun pertama."

Namun kegigihan Prakash dan ayahnya begitu tak kenal lelah sehingga angin kesuksesan akhirnya berhembus. Akhirnya, lulusan Bachelor of Arts/Science dari Delhi University mengembangkan bisnisnya dan merambah ke sektor lain. Terobosan Sri Prakash terjadi pada tahun 1990, ketika ia merambah bisnis di sektor tersebut. Polietilen tereftalat.

Dilaporkan dari ekonomi.okezone.com. Melalui perusahaannya, Indorama Synthetics, ia membangun basis untuk memproduksi botol plastik yang menjadi bahan baku botol Coca-Cola, Pepsi, dan Aqua.

Didirikan oleh Sri Prakash Lohia, Indorama Ventures tidak butuh waktu lama untuk cepat berkembang menjadi pemasok. Polietilen tereftalat (PET) resin adalah yang terbesar di dunia. Pada tahun 1995, ketika Indorama berkembang pesat, pundi-pundi uang masuk ke kantong Shri Prakash Lohia.  Hal ini juga mendorong Prakash untuk terjun ke sektor petrokimia.

Tidak hanya itu, Prakash membuka perusahaan baru di Nigeria pada tahun 2006, bergerak dalam bisnis petrokimia.  Seiring dengan beroperasinya unit bisnis baru ini, Prakash membeli perusahaan lokal bernama National Petroleum Corporation, yang sebelumnya dijalankan oleh pemerintah daerah.

Di tahun 2012, SP Lohia selaku pemilik Grup Indorama mengambil langkah berisiko dengan membeli divisi kimia Amerika dari Old World Industrial Industries di Nigeria, yang bangkrut dan dijual dalam lelang. Namun dengan sentuhan Prakash, bisnis yang hampir gagal ini dirombak besar-besaran dan kemudian menjadi bisnis yang sangat menguntungkan dan penyumbang terbesar kekayaan SP Lohia.

Baru-baru ini pada bulan September 2006, perusahaan kembali beroperasi pada kapasitas aktualnya 350.000 unit poliolefin.  Produk yang dijual tidak hanya di Afrika tetapi juga ke pasar luar negeri. Kisah inspiratif privatisasi pabrik yang bangkrut sering dikutip dan dijadikan studi kasus privatisasi oleh lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia.

Lohia mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada putranya Amit Lohia, putra pertamanya dari pernikahan Prakash dengan Seema Lohia. Putra keduanya adalah Shruti Hora yang mengikuti jejak ayahnya dalam bisnis. Amit Lohia sendiri adalah lulusan kehormatan dari University of Pennsylvania. Magna Cum Laude.  Sedangkan Shruti adalah lulusan Babson College.

2. Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia

Sulit membayangkan perusahaan dengan modal awal $10 juta melompat ke perusahaan yang sekarang bernilai $7 miliar, atau $67,3 triliun. Indorama Group atau Indorama Corporation memiliki 39 pabrik di 19 negara dengan bisnisnya tersebar di seluruh dunia. Dengan kesuksesan tersebut, tak heran jika Sri Prakash Lohia dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia versi Forbes.

Di tahun  Pada tahun 2017, Prakash termasuk dalam 5 besar orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$ 6,4 miliar atau 92,8 triliun (kurs 14.500).

Prakash hanya dikalahkan oleh Hartono bersaudara, Eka Tjipta Wijaja, Susilo Wonowidjojo dan Anthony Salim. Di tahun  Per Maret 2019, pria yang tinggal di London, Inggris itu sudah memiliki kekayaan US$7,3 miliar (Rp105,85 triliun).

Shri Prakash Lohia juga menerima Penghargaan Pravasi Bharatiya Samman atau Penghargaan Luar Negeri India pada tahun 2012 oleh Presiden India. Ketika ditanya tentang kunci suksesnya, Prakash mengungkapkan bahwa kuncinya adalah dengan mempertimbangkan dan mempertimbangkan bisnis yang dijalankan hingga dia mencapai kesuksesan.

Ide-ide yang dimaksud adalah:

● Pilih lokasi yang tepat dan memiliki prospek yang bagus untuk investasi.

● Cari sumber bahan baku.

● Tunggu ketersediaan bahan baku.

● Tawarkan harga yang wajar tetapi tetap menguntungkan.

● Tawarkan penawaran dan diskon kepada pelanggan sambil tetap kompetitif.

Selain hal di atas, faktor terpenting dalam mengembangkan usaha besar adalah pembiayaan yang menggunakan kerjasama dengan berbagai lembaga keuangan internasional seperti bank swasta dan perusahaan pembiayaan internasional dan selalu berkomitmen untuk membayar tepat waktu.

Prakash juga menjelaskan bahwa salah satu hal yang memungkinkan SP Lohia mengelola 19 ribu karyawannya di seluruh dunia adalah dengan memilih dan melatih manajer yang tepat untuk memimpin perusahaan dan bisnis.

"Kami melatih karyawan untuk menjadi pekerja keras, berbakat, dan setia."

Tapi Prakash tidak ingin tinggal di sini. Untuk tahap selanjutnya, Sri Prakash Lohia akan lebih fokus membidik peluang yang diharapkan akan terbuka dalam lima hingga 10 tahun kedepan.

SP Lohia saat ini sedang mengerjakan mega proyek di Nigeria, Timur Tengah dan Uzbekistan, yang bernilai sekitar $5 miliar.  Dan proyek-proyek ini melibatkan bisnis yang membutuhkan waktu lama untuk dilakukan.

Demikianlah pembahasan tentang Sri Prakash Lohia. Kami berharap setelah membaca biografi Sri Prakash Lohia lebih lanjut, Anda dapat mengikuti jejaknya menjadi pebisnis tersukses di Indonesia.

Related Posts

Posting Komentar